Udah 3 bulan sejak kelulusan Kiran, gue gak tau dia udah kuliah dimana sekarang. Dan gue juga berusaha buat gak mikirin Kiran dan group-nya. Gue juga sering nge-skip kalo udah ada berita tentang Kiran sama Group nya itu, entar malah gagal move on lagi (ea) kalo muncul lagu mereka di radio, secara langsung gue ganti frekuensi nya. Itu juga kayak nya alasan kenapa gue gak pernah bisa suka sama group itu, yah bisa dibilang jaga jarak gitu-lah (padahal dari semua member Group itu cuma Kiran yang gue follow.). gue juga mulai melupakan Kpop dari hari-hari gue, dan sekarang gue kembali ke jati diri gue yaitu menyukai musik Jazz.
3 bulan belakangan ini, gue melakukan
banyak hal supaya bisa ngelupain Kiran. Yang pertama gabung sama team Basket
Streetball, dan syukur bisa juara sama team itu. Terus gabung sama team Futsal,
dan juara juga. Gak puas sama itu, gue mencoba jadi anak keren dengan gabung
sama anak Skate, dan syukur gue bisa dikit-dikit kickflip-kickflip doang sih. Gue
juga ikut club Breakdance hingga 2 minggu kemudian gue lupa cara jalan yang
bener gimana. Terus gue ikutan di Project Radio Online temen gue, sampe akhirnya
ikut Siaran Radio beneran. Gue juga iseng-iseng gabung sama Band-nya Irfan yang
bisa manggung pensi to pensi (ini masih sampe sekarang), dan oh iya Band ini
malah jadi membuat gue kenal sama beberapa member Group nya Kiran (yes nambah
gak bisa move on).
Dan yang paling belakangan ini, gue
lagi tertarik sama Videography dan Photography. Awal-nya cuma tertarik
Photography. Gue tertarik sama Photography pas gak sengaja gue main-main
Photoshop, dan ternyata gue ketagihan. Tertarik nya gue sama Videography pas
gue liat Benakribo di Youtube, terus gue liat youtubers-youtubers amerika yang
gokil-gokil.
Dan terakhir pas gue lihat film-film pendek nya Dimasta (penyiar
Radio Ardan penulis
Nightmare side sama Sutradara) jadi deh gue kecantol di
dunia Videography. Dan gue pun akhirnya menambahkan “Sutradara” dalam list
cita-cita gue. Sekarang ini gue mencoba buat bergaul sama banyak anak-anak yang
tertarik sama Videography, tapi sayangnya kagak ada “anak-anak” yang berminat
sama dunia Videography. yang ada Mahasiswa,
alhasil, Gue pun jadi bergaul sama banyak anak Kuliahan. Gokil sih kalo
dipikir-pikir. Anak-anak yang dulu sering nge-bully gue dan ngejauhin gue
karena gak gaul pun, jadi pada Jiper kalo liat gue ngumpul sama banyak anak
kuliahan.
Setelah cukup lama temen-temen gue ini
berkumpul tanpa Organisasi, akhirnya Algi mempunyai ide untuk menjadikan kita
semua sebagai Tim Produksi Film Indie, wah ini pasti seru!. Akhirnya semua pada
setuju. Di hari itulah “Tuan Jomblo Production” tercipta, ya. Emang karena kita
semua jomblo. Adapun orang yang pacaran diantara kita, itu cuma satu orang.
Semenjak gue ikut-ikutan segala macem,
gue jadi punya banyak temen. Ternyata patah hati juga bisa merubah nasib
seseorang. Pada suatu hari, akhirnya kita dapat project pertama kita. Waktu itu
kita disuruh buat bikin Film Dokumenter tentang komunitas Photographer di
Bandung, gue sama Raka, hari ini bakal ketemu sama Komunitas Photographer itu. Algi
yang akhirnya jadi Pemimpin kita, menyuruh gue sama Raka yang notabene adalah
anak baru, buat pergi kesana. Alasan nya supaya gue sama dia jadi gak canggung,
dan lebih bisa bersosialisasi.
Beruntung, raka orang nya Asik. Dia
juga gak marah gue panggil nama langsung padahal dia lebih tua dari gue 4 taun.
Karena Raka gak bawa kendaraan, akhirnya gue ajak dia pake Motor gue. “Jazz, loe udah tau kan tempat nya dimana.?”
Tanya Raka ke gue.
“Yaiyalah, masa gak tau.”
Kita pun langsung jalan menuju, Jalan Braga. Pusat Fotografi di Bandung.
Tempat ini digemari oleh banyak fotografer karena tempat nya yang Kuno, disana
banyak bangunan-bangunan jaman belanda, dan tentu-nya Lukisan, dan Grafitti
yang bagus-bagus. Banyak orang yang bikin foto Pre-Wedding, bahkan bikin Film
juga disini. Jadi udah pasti mereka ngumpul disini. Sesampainya di Braga,
ternyata orang-orang dari Komunitas itu belum datang. “Mereka, pada belum
dateng, nunggu dimana nih.?” Kata Raka sambil merapikan isi tas nya, yang kayak
nya penuh banget.
“Kesana aja yu.” Jawab gue sambil
menunjuk Wendy’s Braga.
Kita berdua masih dikuasai suasana
Canggung, maklum. Selama hampir 1.5 bulan gue kumpul sama mereka, ini hari
pertama gue intim berdua sama Raka. Dalam keadaan ini gue selalu berdoa, dan
dzikir. Supaya engga kecantol sama Kumis nya Raka lalu gue jatuh cinta sama
dia. Gue sama Raka memasuki Wendy’s, kita berdiri di depan Kasir. “Bisa di
bantu..” ucap si mba-mba kasir. Gue sama Raka diam sejenak, bingung memikirkan
apa yang mau kita pesan. “Ah, gue minum aja deh, gue masih kenyang.” Kata gue,
menghindari kecanggungan berkelanjutan, dan memang pada saat itu gue juga masih
Kenyang.
“Ohh, yaudah gue mesen satu Burger
bla.. bla.. bla.. sama loe minum apa Jazz.”
“Gue, lemon tea aja.”
Ujian kedekatan kita bagian pertama
pun berakhir. Setelah menunggu cukup lama. Untuk Burger Raka siap. Kita
akhirnya langsung pergi cari tempat duduk. Syukur, Wendy’s disini gak pernah
rame jadi gampang nyari tempat duduk nya Juga. Gue memilih tempat duduk yang
rada deket Kaca, jadi gue bisa melihat cewek-cewek bandung lagi jalan-jalan di
Braga, karena kalo Mojok di pojok. Terus pemandangan yang gue lihat cuma Raka
lagi makan burger, dengan kumis nya yang sudah menempel dengan daging. Hidup
gue akan terasa sia-sia.
Selama kita berdua menuggu anak-anak
Photography itu datang. Kita hanya bisa diam-diam-diam, karena kita bener-bener
Canggung. Sekarang ini kita berdua mirip pasangan yang lagi berantem. Hah. Gak
berapa lama handphone Raka bunyi.
“Siapa tuh.?” Tanya gue
“Ahh, ini mereka nih.?”
“Yaudah, angkat cepetan.”
Raka, membersihkan mulut dan kumis nya
dengan tissue, sebelum mengangkat telepon dari mereka. “Halo.?” Jawab Raka.
Raka langsung memberi tahu mereka, kalau kita ada di Wendy’s. Raka langsung
menutup telefon nya. “Udah gue suruh kesini mereka.”
“Okesip.”
Hingga akhirnya, gue melihat seorang
cewek cantik dari kaca sambil mengalungkan kamera DSLR di leher nya. “Gimana, kalo cewek itu ternyata adalah
anak-anak Photography itu.?” Batin gue, tapi. Ternyata dia jalan lurus
melewati Tempat kita. Musnah sudah harapan gue buat Move on dari Kiran. Beberapa
menit kemudian, Seorang laki-laki datang memasuki Wendy’s sambil membawa Kamera
DSLR nya. “Nah itu orang nya jazz.” kata Raka.
Yaelah kenapa harus laki-laki lagi sih, hidup
gue udah cukup menderita berdua sama raka, sekarang harus bertiga sama orang
ini. huft..
“Ohh iya!.” Seru gue.
Gue berdiri bersiap untuk menjabat
tangan si Cowok ini “Ya, gue Ari.” Jawab si cowok itu. Badan gue langsung kaku
semua ketika gue melihat seseorang yang mengikuti Ari dari belakang!. Itu cewek
yang tadi.
Ya tuhan, sungguh baik sekali engkau pada
hambamu ini ya tuhan, kau kirimkan seorang wanita untuk membuat suasana jadi
lebih menyenangkan.
Sosok cewek memegang kamera DSLR, memakai
kaos putih dengan celana pendek berwarna Biru, itu. Berjalan menuju gue. “Halo,
aku Dina.” Kata dia sambil memegang tangan gue.
Ohh Dina.
“Ahaha, nama gue jazz.” jawab gue
“Hah, jess.?” Tanya Dina. Hah sudah gue bilang ini pasti terjadi.
“Eh bukan, J-A-Z-Z musik Jazz.”
“Ohh, gitu..”
Dina langsung jalan mendekati Ari, dan
langsung duduk bersebelahan. Gue sama Raka juga langsung duduk di kursi
masing-masing. “Oke, jadi pada mau ngobrolin apa nih.?” Tanya Raka ke mereka.
Raka sama Ari ngobrol banyak, gue lupa
apa obrolan mereka. Karena gue juga gak terlalu merhatiin obrolan mereka,
tentu-nya karena gue terlalu sibuk memerhatikan Dina yang ada di pojok kiri
menempel ke kaca. Kata orang, cowok itu orang yang paling gampang jatuh cinta. itu
bener. Kayak gue sekarang, cuman butuh 3 menit sepersekian detik buat gue bisa
jatuh cinta sama Dina. Hmm, mungkin ini juga udah saat nya bagi gue buat move
on dari Kiran.
“Hahaha.. ngomong-ngomong, itu yang disebelah kamu anak baru
ya.?” Tanya Mas Ari ke Raka.
“Ah, iya.. ini anak baru, maka nya
agak canggung.” Jawab Raka. Gue mengganguk pelan.
“Sama kayak Dina berarti!.” Seru Mas
Ari. Gue langsung kaget banget!.
Hah dia itu anak-baru juga, what a surprise! Pikir gue saat itu.
“Ahah, sama iya-iya..” kata gue
canggung, dalam saat-saat kayak gini. Gue cuma bisa ngomong gitu doang.
Gue memerhatikan Dina, kayak-nya dia
juga kurang familiar dengan suasana ini, diliat dari mata nya yang gak pernah
berhenti menatap pada suatu tempat, jari telunjuk nya yang gak pernah berhenti
mengetuk meja. Pada saat ini, gue gak mau jadi cowok canggung lagi, gue pun
memberanikan diri buat ngomong sama dia,
biar dia bisa lebih tenang dikit.
“Ngomong-ngomong, kenapa tertarik di
Fotografi.?” Pertanyaan Standard, tapi masuk akal, cukup lah..
Dia diam sejenak, dan membenarkan posisi duduk
nya.
“Awal nya sih, sejak gak sengaja
main-main Photoshop gitu sih.. terus ketagihan, akhirnya aku sering foto-foto
pake Handphone. Terus aku edit di Photoshop, lama-lama makin tertarik deh sama
Fotografi.” Jawab Dina, ini adalah pertama kali nya seumur hidup gue.
bener-bener ngobrol sama cewek, eh engga ding. Aku pernah, orang-nya adalah
nyokap gue.
“Sama kayak aku dong! ‘sengaja gak
pake gue karena dia gak ngomong lu gue’
awal nya gak sengaja ngedit-edit di Premiere!.” Basa-basi padahal asli nya gak
kayak gini.
“Oh, iya-ya!. Hahaha!!”
Kita berdua diam lagi. Gue kembali
diam gak tau ngomong apa. Dan Dina kembali mengetuk-ngetuk meja dengan jari
telunjuk nya. Gue sibuk mencari-cari apa yang harus gue bahas sama Dina, kita
berdua adalah orang yang canggung. Dan gue yakin, Dina, bukanlah orang yang
gampang berkomunikasi sama orang baru. Akhirnya gue cuma bisa diam, karena gak
tau apa yang harus gue omongin. Kita berdua memutuskan untuk saling diam, sampe
rapat kita semua selesai. Gue sama sekali gak tau apa yang Raka sama Mas Ari
obrolin, terlalu gak penting jika dibandingkan dengan, memerhatikan setiap
gerak-gerik Dina. Maka bodo amat dengan konversasi dua senior dilain pihak.
Kita semua melangkah keluar dari
Wendy’s, diluar, sudah seperti biasa nya. Terjadi kemelut yang luar biasa di
jalanan braga. Ini semua karena terlalu banyak yang lewat di Jalan ini
tersendat. Karena banyak motor-motor parkir dipinggir jalan. “Ehh, sampe ketemu
nanti pas shoot day ya.!” Kata Mas Ari. Gue sama Raka cuma jawab standard “Yo!!
Yo!! Yo!!” itulah jawaban kami. Gue sama Raka pun jalan menuju pulang, setelah
1,5 jam muter-muter tempat parkir karena kita berdua lupa dimana gue memarkir
motor gue.
Gue pun mengantarkan Raka kerumah nya,
setelah itu. Gue langsung pulang, karena rumah raka ke rumah gue itu jauh
banget, rumah Raka di Antapani. Untung, polisi-polisi hari ini lagi pada males,
jadi aja ada anak 17 taun belum bikin sim bisa jalan dari antapani ke bandung
barat. Seperti biasa nya keadaan di kota Bandung kalo sore, jalanan dari
Bandung ke arah Cimahi itu macet-nya luar biasa, ini semua karena sore itu jam
pulang kantor. Iya, banyak orang yang kerja di bandung tinggal di daerah
Cimahi. Mungkin kalian banyak yang nanya, Cimahi tempat apa sih itu kan desa
banget bukan. Kalo kalian lihat dari nama nya, iya. Itu terdengar sangat desa,
apalagi, kebanyakan desa selalu berawalkan dengan “Ci”, contohnya Cirangsak,
Cibobrok, Cisonya.
Asal kalian tau aja, gak semua tempat
yang berawalan Ci itu desa. Cina misal nya, itu negara terbesar di dunia, nama
nya pake Ci. Dan kembali ke Cimahi, emang tempat nya dipinggiran Bandung, tapi
tempat ini tuh udah jadi kawasan elit sekarang, setelah 5 taun yang lalu (kalo
gak salah) ada komplek terbesar di Bandung, yang saking gede nya sampe disebut “Kota
Baru Parahyangan” yang tempat nya ada di kawasan Padalarang which is gak
terlalu jauh dari Cimahi. Sekarang, di daerah Baros (iya deket rumah nya Kiran)
bakal ada Convention Center terbesar di Asia Tenggara sekaligus Apartemen dan
Mall. Maka-nya kalo masih mikir Cimahi Desa, pasti tinggal nya di abad keenam
belas.
Sesampainya dirumah, gue langsung ke
kamar gue. Meskipun gue udah punya cukup banyak Temen, kebiasaan gue yang nggak
pernah berubah adalah. Melamun sampe pagi, iya itu kebiasaan gue yang gak
pernah hilang. Selain melamun, scrolling timeline adalah kewajiban bagi gue.
disela-sela saat gue scrolling timeline, tiba-tiba handphone gue bunyi. Itu
message dari Algi “Jazz, cepetan follow twitter kita gih. Nama nya
@TuanJomblo.” Karena itu perintah dari ketua, gue pun langsung follow Tuan
Jomblo di Twitter. Setelahnya gue langsung nge promosiin twitter Tuan Jomblo di
twitter gue, setelah memfollow, gue langsung minta Password dari Account itu, dan
langsung menyamar dengan nama “Mimin”.
Gue gak ngerti, siapa dan kenapa, kalo
kita jadi admin. harus jadi Mimin, coba bayangin. Nama keren-keren “Jazz”
tiba-tiba berubah jadi Mimin, dosa apa gue dan bokap gue coba.
Gue dulu punya
temen cewek punya nama bagus-bagus “Citra” tau-tau berubah jadi Mimin. Emang
apa susah nya sih bilang Admin, Atau Mod. Ketika gue lagi asik-asik nya
nge-tweet asal-asalan di Twitter nya. Tau-tau, Logo Interaction di sebelah Me
di Handphone gue, muncul titik biru dibawah nya. “Ahh, siapa yang mention nih!” kata gue dalam hati. Gue langsung
sentuh tab Interaction itu, dan melihat ternyata, Dina udah follow account Tuan
Jomblo.
Wah kesempatan nih—Pikir gue, gue langsung follow twitter dia
pake Account gue sendiri, dan.
Gue pun langsung Mention dia di
twitter.
“@DinaSaraswati—iya
nama nya ada Saraswati nya, kayak nya dia Fans dari Risa Saraswati—ini Dina
yang photographer itu kan.?”
Gue menunggu beberapa menit,
sampe akhirnya dia langsung Bales mention gue sekaligus nge-follow gue (Syukur karena gue paling males kalo harus
nulis—Folbek ya—asli)
“Iya
ini Dina yang itu, ini Jazz dari Tuan Jomblo bukan.?”
Dengan mantap gue pun menjawab “Iya, ini jazz yang itu.” Maka dengan
ini, sesi PDKT lewat twitter pun dimulai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar